Alasan Bung Karno Menunda Proklamasi Kemerdekaan




 
Jepang harus menelan kekalahan pahit dalam perang dunia ke – 2. Pasukan Jepang kalah dengan pasukan sekutu, pasukan Jepang harus meninggalkan semua daerah jajahannya karena sudah tidak mempunyai hak di daerah manapun. Hal ini mengakibatkan kekosongan kekuasaaan di Indonesia karena pasukan sekutu belum tiba di Indonesia.
Keadaan ini di manfaatkan oleh rakyat Indonesia untuk mengambil alih kekuasaan. Akan tetapi proses perebutan kekuasaaan ini tidaklah berjalan mulus. Ada perbedaan pendapat tentang waktu pelaksanaan proklamasi antara golongan muda yang ingin proklamasi dilakukan secepat mungkin dengan golongan tua yang menginginkan proklamasi dilaksanakan denga penuh pertimbangan dan persiapan yang matang. Adanya perbedaan ini terjadilah peristiwa yang dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok.
Pada tanggal 15 Agustus 1945 tepatnya pukul 22.00 di Jalan Pegangsaan Timur No 56 di Jakarta terjadi perdebatan yang hebat anatara golongan tua ( Soekarno dan Moh. Hatta ) dan golongan muda ( Ahmad Soebardjo, Chaerul Saleh, Wikana, dkk ) yang memaksa Soekarno dan Mohammad Hatta untuk melakukan proklamasi kemerdekaan pada hari itu juga. Desakan para pemuda tidak berpengaruh pada pendirian Soekarno dengan alasan perhitungan para pemuda kurang matang dan dikhawatirkan akan menimbulkan banyak korban jiwa berjatuhan.
Namun, peenolakan Soekarno tidak membuat para pemuda menyerah untuk membujuk Soekarno. Kemudian para pemuda mengambil kesimpulan yang menyimpang, mereka berencana menculik Soekarno dan Moh. Hatta untuk diamankan dari pengaruh Jepang dan dijauhkan dari kota Jakarta. Setelah mengadakan rapat dan mempersiapkannya dengan matang pada tangal 16 Agustus 1945 tepatnya pukul 04.00 dini hari sehabis sahur, tokoh muda yang ditugasimenculik Soekarno dan Hatta langsung menjemput kedua tokoh di kediamannya untuk di bawa pergi.
Dengan pengawalan pasukan PETA Soekarno dan Moh. Hatta dibawa ke Rengasdengklok untuk diamankan. Kota Rengasdengklok dipilih karena letaknya terpencil sekitar 15  km dari Kedunggede Karawang. Dengan demikian deteksi dengan mudah dilakukan terhadap setiap pergerakan tentara Jepang yang mendekati Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah.
Seharian penuh Soekarno dan Hatta di Rengasdengklok. Tujuan pemuda membawa mereka yaitu untuk mendesak mereka berdua agar segera memproklamasikan kemerdekaan RI dan terlepas dari segala ikatan dari penjajahan Jepang maupun Belanda sebagai negara yang dapat berdiri sendiri dan berhak menentukan nasibnya sendiri. Namun usaha para pemuda tak semudah membalikan telapak tangan. Lagi – lagi Soekarno dan Moh. Hatta tetap bersikeras pada pendirian mereka yang akan melaksanakan prokalamasi sesuai dengan perhitungan yang matang dan tepat.
Perbuatan para pemuda membuat Bung Karno marah besar dan menjelaskan rencana dan firasat yang dirasakan oleh Bung karno. Dengan suara rendah Soekarno menjelaskan bahawa yang dibutuhkan dalam peperangan dan revolusi adalah saaatnya yang tepat. Serta Bung Karno menjelaskan bahwa proklamasi akan dilaksanakan pada tanggal 17, karena Bung Karno percaya pada mistik yang menyatakan angka 17 adalah angka yang suci. Pada tanggal 17 besok adalah hari Jum’at, Jum’at itu Jum’at Legi, Jum’at yang berbahagia,Jum’at yang suci. Al-qur’an diturunkan pada tanggal 17 serta orang Islam sembahyang 17 rakaat. Kesucian angka tujuh belas bukanlah buatan manusia ungkap Bung Karno kala itu.
Sementara, di Jakarta Ahmad Soebardjo dari golongan tua bersama Wikana merundingkan bahwa pelaksanaan prokalamasi kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta. Kemudian Laksmana Maeda orang Jepang yang mendukung kemerdekaan Indonesia berani menjamin keselamatan Bung Karno dan Moh. Hatta selama di rumahnya. Atas kesepakatan itulah Jusuf Kunto dari pihak pemuda, langsung mengantar Ahmad Soebardjo dan sekertaris pribadinya, Sudiro, ke Rengasdengklok untuk menjemput Bung Karno dan Moh. Hatta.
Rombongan penjemput sampai di Rengasdengklok pada pukul 17.00. Ahmad Soebardjo memberikan jaminan bahwa proklamsi akan dilakasanakan pada tanggal 17 paling lambat jam 12.00. Dengan jaminan itu komandan pasukan PETA membiarkan Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta.
Rombongan Soekarno-Hatta tepatnya pukul 23.00 langsung menuju ke rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan naskah Proklamasi. Rumah seorang perwira jepang itu dipilih karena dia berani menjamin keamanan sang plokamator selama di rumahnya.
Perumusan teks proklamsi dilaksanakan di ruang tengah rumah Laksamana Maeda. Inilah peristiwa yang menentukan nasib bangsa Indonesia ke depannya ditentukan. Soekarno bertugas menuliskan hasil perumusan proklamasi di secarik kertas, serta ahmad Soebardjo dan Hatta menyumbangkan pemikirannya melalui lisan.
Pukul 04.00 tanggal 17 Agustus 1945, pada saat Soekarno membuka pertemuan dini hari itu dengan beberapa patah kata “Keadaan yang mendesak telah memaksa kita semua untuk mempercepat palaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Rancangan teks telah siap dibacakan di hadapan saudara – saudara dan saya harapkan benar bahwa saudara – saudara sekalian dapat menyetujuinya sehingga kita dapat berjalan terus dan menyelesaikan pekerjaan kita sebelum fajar menyingsing”
Soekarno menyarankan kepada yang hadir untuk menandatangani teks proklamsi tersebut. Namun hal tersebut tidak disetujui oleh salah satu golongan muda. Sukarni menyarankan cukup Soekarno-Hatta yang menandatangani teks proklamasi tersebut atas nama bangsa Indonesia. Usulan dari Sukarni itu diterima dan segera diketik oleh Sayuti Melik kemudian ditandatangani oleh Soekarno-Hatta.
Pada awalnya proklamasi akan dibacakan di lapangan Ikada, namun rencana itu ditolak oleh Soekarno karenan lapangan Ikada adalah tempat umum dan ditakutkan terjadi kesala fahaman yang dapat menimbulkan  bentrokan antara rakyat dan militer. Akhirnya Sang Proklamator memerintahkan agar proklamasi dibacakan di kediamannya di jl. Pegangsaan Timur 56 pukul 10.00 pagi.
Jum’at 17 Agustus 1945 pukul 05.00 pagi, segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pembacaan teks proklamasi dipersiapkan. Seperti microphonne, pengeras suara, serta tiang bendera yang disiapkan oleh suhud lengkap dengan bendera yang telah dijahit oleh nyonya Fatmawati. Sebelum proklamasi dilaksanakan Soekarno berpesan kepda seluruh pers yang hadir untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyebarkannya ke seluruh dunia.
Upacara berlangsung sangat sederhana tanpa ada protokol. Dengan suara lantang dan keras Latief Hendraningrat seorang prajurit PETA  menyiapkan seluruh hadirin untuk berdiri tegak dengan sikap sempurna dan mempersilakan Soekarno-Hatta mendekati microphone. Sebelum pelaksanaan proklamasi Sokarno menyampaikan pidato singkat yang isinya “Saudara – saudara sekalian ! saya telah minta saudara sekalian hadir di sini, untuk menyaksikan peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh – puluh tahun kita Bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus – ratus tahun. Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya ada turunnya. Tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita – cita. Juga di jaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti. Di jaman Jepang ini nampaknya kita menyadarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri. Tetap percaya pada kekuatan sendiri. Kini tibalah saatnya kita mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib di tangan sendiri, akan berdiri dengan kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka – pemuka rakyat Indonesia, permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita. Saudara – saudara ! dengan ini kami menyatakan kenbulatan tekad itu. Dengarkanlah proklamasi kami : PROKLAMASI; Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal – hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain – lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat –singkatnya. Jakarta 17 Agustus 1945. Atas nama bangsa Indonesia Soekarno/Hatta. Demikianlah saudara – saudara ! kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun negara kita! Negara Merdeka. Negara Republik Indonesia Merdek, kekal, dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan itu” acara dilanjutkan dengan pengibaran bendera sang merah putih.

0 Response to "Alasan Bung Karno Menunda Proklamasi Kemerdekaan "

Post a Comment